Sistem
Pakar untuk Mendiagnosis Gangguan Kecemasan
Hallo semua... Kali
ini saya akan merancang sebuah design aplikasi sistem pakar
yang berbasis sistem informasi psikologi yang dapat digunakan dengan cara yang
mudah, dan disini yang saya rancang adalah mengenai sistem pakar untuk mendiagnosis
gangguan kecemasan.
Apa
itu kecemasan? Tentunya di dalam kehidupan, semua orang pasti pernah mengalami kecemasan
dan perasaan cemas dapat muncul kapan saja. Namun jika berlebihan,
perasaan cemas dapat berubah menjadi hal yang mengganggu. Kecemasan yang
berlebihan juga dapat mempengaruhi produktivitas, konsentrasi, dan mood.
Bahkan, kecemasan yang berlangsung secara terus menerus dapat mengganggu
hubungan sosial
kita dengan orang lain. Berikut akan dijelaskan mengenai teori gangguan
kecemasan dan design sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan kecemasan.
1.
Definisi Gangguan Kecemasan
Pada
dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap
manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Menurut Hurlock (1997) kecemasan adalah keadaan mental yang tidak enak
berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai
dengan kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang tidak baik, yang tidak
dapat dihindari oleh seseorang.
Nevid, dkk
(2005) menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Sedangkan Namora (2009) menjelaskan
bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal.
Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.
Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan
terjadi.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas mengenai kecemasan maka dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian
dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
2.
Gejala-gejala Gangguan Kecemasan
Nevid, dkk
(2005) mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik
Gejala fisik dari kecemasan yaitu
kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas,
jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau
tersinggung.
b. Gejala behavioral
Gejala behavioral dari kecemasan
yaitu berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif
Gejala kognitif dari kecemasan yaitu
khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu
yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Gangguan Kecemasan
Page
(Elina, 2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
:
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan
kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat
bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman
emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya
gejala-gejalakecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor-faktor
utama yang dapatmempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang
baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul
gejala-gejala kecemasan
4.
Terapi Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan
psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan
kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong
klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka.
Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:
1) Pendekatan-pendekatan Psikodinamika
Kecemasan merefleksikan energi pada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan
simbolisasi dari konflik dalam diri mereka dan dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Sehingga ego dapat memberi
perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi
peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih
menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang
daripada hubungan masa lampau serta mendorong klien untuk mengembangkan tingkah
laku yang lebih adaptif.
2) Pendekatan-pendekatan Humanistik
Menganggap bahwa kecemasan berasal
dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Terapis-terapis humanistik
bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta
perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi
bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak
bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan
kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3) Pendekatan-pendekatan Biologis
Menggunakan variasi obat-obatan
untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun
benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi
fisik. Obat antidepresi mempunyai efek anti kecemasan dan anti panik selain
juga mempunyai efek anti depresi.
4) Pendekatan-Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar adalah usaha
untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang
menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi
dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Pemaparan gradual juga banyak
dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan
individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran
akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang
merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu
dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya
yang dapat bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran
Membantu individu untuk berpikir
secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang
psikolog terhadap penderita kecemasan.
c. Flooding
Individu dibantu dengan memberikan
stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta
memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif berusaha mengoreksi
keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Terapi kognitif membantu individu untuk
mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk
melihat situasi secara rasional.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan teknik-tekik
behavioral seperti pemaparan dan teknik-teknik kognitif seperti restrukturisasi
kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan
penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma,
gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Arsitektur
Sistem
Berikut adalah arsitektur sistem
pakar untuk mendiagnosis gangguan kecemasan.
Alur
Kerja Sistem Pakar
Pada Alur Kerja Sistem Pakar dimulai
dari menu Home.
1. Menu Home
Menu Home adalah halaman pertama
yang diakses user. Pada halaman ini terdapat info-info terbaru ataupun
berita-berita terbaru seputar gangguan kecemasan.
2. Menu Konsultasi
Menu Konsultasi adalah menu yang
digunakan user untuk melakukan
konsultsi. Hasil akhirnya user akan dapat melihat seberapa tinggi
tingkat gangguan kecemasan dan jenis terapi yang harus dilakukan untuk
mengatasinya.
3. Menu Tips
Menu
Tips berisi daftar tips yang dapat diikuti oleh user untuk mengatasi
gangguan-gangguan kecemasan yang dialami
4. Menu Admin
Menu
Admin berisi menu untuk mengatur data konsultasi dan data tips yang ditampilkan
di sistem.
Berikut adalah bagan alur kerja dari
sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan kecemasan :
Tampilan
Sistem Pakar
Home
Konsultasi
Tips
Admin
Referensi :
Hurlock. (1997). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:
Erlangga
Namora, L. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Nevid, J. S., Spencer. A. R., &
Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal.
Terjemahan Tim Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.