Nama : Oktiviani
Kelas : 2PA08
NPM : 15512588
Perkembangan teknologi yang sangat
pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah
satu teknologi yang
berkembang pesat saat ini adalah internet. Internet
digunakan sebagai media bagi siapapun, kapanpun dan dimanapun untuk memperoleh atau mengakses informasi apapun dengan mudah
dan cepat. Hanya dengan mengetikkan kata kunci di form yang
disediakan, pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternatif dan
pilihan informasi yang diperlukan.
Internet tidak hanya memberikan keuntungan,
tetapi juga bisa memberikan kerugian bagi penggunanya apabila tidak digunakan
secara bijak. Salah satu permasalahan dari penggunaan internet yang menjadi
sorotan para ahli psikologi adalah mengenai internet addiction (kecanduan
internet). Sebagai sebuah topik kajian yang relatif baru, istilah internet
addiction memperoleh tanggapan yang serius dari kalangan akademik setelah
istilah tersebut dimunculkan oleh Kimberly Young pada tahun 1996 (Young, 1999).
Menurut Young (1996), seseorang
bisa disebut kecanduan pada internet apabila individu tersebut menunjukkan
perilaku-perilaku tertentu. Perilaku-perilaku tersebut dibuat berdasarkan pada
kriteria-kriteria kecanduan berjudi (pathological gambling) yang dapat
membedakan antara orang yang kecanduan pada internet dan yang tidak sampai
kecanduan.
Seorang pengguna internet sudah dapat digolongkan sebagai pecandu internet bila
ia memenuhi sedikitnya lima dari delapan kriteria yang disebutkan oleh Young. Dan beberapa
jenis kalsifikasi dalam kecanduan internet ini menurut young, yaitu:
a. Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang
melakukan penelusuran dalam situs-situs porno atau cybersex secara kompulsif
b. Cyber-relationship addiction, yaitu
seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber
c. Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi
pada situs-situs perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cybercasino)
d. Information overload, yaitu seseorang yang
menelusuri situs-situs informasi secara kompulsif
e. Computer
addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada permainan-permainan online (online
games).
Internet bukanlah sebuah bencana
jika kita pandai menggunakan dan memanfaatkan teknologi ini dengan sebaik-baiknya, apakah bermanfaat atau tidak? apakah baik atau buruk?, karena
internet telah membantu proses pencerdasan bangsa. Komunikasi antar manusia,
walau jauh jaraknya, kini dengan adanya berbagai jejaring sosial telah
memudahkan interaksi. Internet telah menjadikan dunia penuh dengan kemajuan, di
desa dan di pelosok terdalam sekalipun dapat mengikuti setiap detik perkembangan
dunia, pemerataan informasi dan pengetahuan semakin dirasakan nyata.
Banyak sekali manfaat yang telah
diberikan internet kepada manusia, banyak pengetahuan dan juga informasi disini
yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan demikian maka
kebijaksanaan seseorang untuk menggunakan teknologi itu sendiri yang harus
terus dikembangkan, sehingga tujuan awal dari penciptaan teknologi yaitu guna
mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup manusia dapat benar-benar terwujud
dikemudian hari.
Ketagihan
internet ini dapat menggangu kegiatan seseorang, sebab kegiatan yang seharus
nya dilakukan oleh seseorang akan menjadi terbengkalai dikarenakan seseorang
yang terkena penyakit ketagihan internet ini akan menghabiskan banyak waktunya
di depan layar komputer atau di tempat yang dapat meng akses internet dengan
mudah.
Adapun ciri-cirinya adalah :
1.
Pola hidup harian terganggu.
Jika seseorang memainkan game atau internet sepanjang
malam dan baru beristirahat di siang hari, hal itu bisa jadi
peringatan agar orang yang bersangkutan segera memperolah bantuan profesional
kesehatan.
2.
Jika kecanduan game atau
internet itu berpotensi membuat pelakunya kehilangan pekerjaan atau berhenti
sekolah agar bisa terus online untuk memainkan game digital.
3.
Butuh kepuasan yang lebih
tinggi. Pecandu game harus bermain semakin hari semakin lama agar bisa mencapai
level kepuasan tersendiri dari game tersebut.
4.
Sejumlah pecandu game dan
internet menjadi mudah marah atau cemas ketika harus melepaskan aktivitas
'utamanya' itu, apalagi jika dipaksa untuk melakukannya.
5.
Ketagihan. Pecandu game dan
internet mengalami kondisi ketagihan atau selalu butuh memainkan game atau
online internet ketika sedang jauh dari dunia digitalnya itu.
Contoh Kasus Internet Addiction :
Kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan
seseorang kepada narkotik. Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang,
anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal. Seringkali terjadi
seorang anak melakukan pencurian demi bisa bermain game online.
Aktivitas di depan layar komputer untuk bermain game online punya
dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak jadi terisolasi dari
lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan dunia maya yang
sedang dihadapi.
Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri.
Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri.
Penggunaan Internet memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk.
Itulah perlunya peran orang tua mengawasi kegiatan anak di depan komputer. Dampingi
anak-anak saat mengakses Internet. Selain itu, beri batasan waktu.
Solusi mengatasi kecanduan game online, yaitu dengan menyarankan
orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18 tahun semestinya
bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar menghabiskan
waktu bermain game online.
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani
Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang
merasa tidak nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan
prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada
masalah di keluarga,” katanya.
Sumber :